PENCIPTAAN ALAM SEMESTA & TATA SURYA
ﺑﺩ ﻳﻊ ﺍﻟﺳﻣﻭﺕ ﻭﺍﻻﺭﺽۗ
ﻭﺍﺫﺍﻗﺿﻰ ﺍﻣﺭﺍﻓﺎﻧﻣﺎ ﻳﻗﻭﻝﻟﻪ ﻛﻥ ﻓﻳﻛﻭﻥ
Artinya:
Allah” Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya, “Jadilah!” Lalu jadilah ia. (
Pertanyaan tentang bagaimana alam semesta berasal, ke mana bergeraknya, dan bagaimana hukum-hukum mempertahankan keteraturan dan keseimbangan selalu menjadi topik yang menarik. Para ilmuwan dan pakar membahas subyek ini dengan tiada henti dan telah menghasilkan beberapa teori.
A. Menurut Ilmu Pengetahuan
Teori yang berlaku sampai awal abad ke-20 yaitu bahwa alam semesta mempunyai ukuran yang tidak terbatas, ada tanpa awal, dan bahwa terus ada untuk selama-lamanya. Menurut pandangan ini, yang disebut ‘model alam semesta statis’, alam semesta tidak mempunyai awal ataupun akhir.
Dengan mengacu filsafat materialis, pandangan ini menolak adanya Pencipta seraya masih berpendapat bahwa alam semesta merupakan sekumpulan zat yang konstan, stabil, dan tidak berubah.
Materialisme ialah sistem pemikiran yang menganggap bahwa zat itu merupakan suatu makhluk yang mutlak dan menolak segala keberadaan kecuali keberadaan zat. Dengan berakar pada filsafat Yunani Kuno dan semakin diterimanya materialisme ini di abad ke-19, sistem pemikiran ini menjadi terkenal dalam bentuk materialisme dialektis Karl Marx.
Seperti yang telah kita nyatakan tadi, model alam semesta abad ke-19 menyiapkan landasan bagi filsafat materialis, George Politzer menyatakan bahwa alam semesta tidak terbuat dari sesuatu yang tidak ada, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19 tersebut, dan mengira bahwa ia berpandangan ilmiah. Dan katanya lagi bahwa : "alam semesta bukan merupakan obyek yang diciptakan".
Namun begitu, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi memutar balikkan konsep-konsep lama seperti model alam semesta statis yang menjadi dasar bagi ilmuwan yang menganut materialisme. Kini, di awal abad ke-21, dengan eksperimen, observasi dan perhitungan, fisika modern telah membuktikan bahwa alam semesta memiliki suatu awal dan diciptakan dari ketiadaan melalui ledakan dahsyat.
Bahwa alam semesta memiliki suatu awal. Jika ciptaan itu ada (yang sebelumnya tidak ada), maka tentu saja ada Pencipta alam semesta. Ada dari tiada ialah sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh benak manusia. (Manusia tidak dapat memahaminya karena tidak berkesempatan untuk mengalaminya). Karena itu, ada dari tiada itu sama sekali bukan pengumpulan obyek-obyek untuk membentuk obyek baru sekaligus, seperti karya seni atau penemuan teknologi.
Munculnya alam semesta dari tiada menjadi ada tersebut merupakan bukti terbesar diciptakannya alam semesta. Mempelajari fakta ini akan mengubah banyak hal. Ini membantu manusia memahami arti kehidupan dan memperbaiki sikap dan tujuannya. Karena itu, banyak kalangan ilmuwan berupaya mengabaikan fakta penciptaan yang tidak dapat mereka pahami sepenuhnya, meskipun buktinya jelas bagi mereka. Kenyataan bahwa semua bukti ilmiah mengarah pada keberadaan Pencipta telah memaksa mereka untuk mencari alternatif-alternatif yang bagi alam pikiran orang awam membingungkan. Meskipun demikian, bukti ilmu pengetahuan sendiri jelas-jelas mengakhiri perjalanan teori-teori ini.
Ada beberapa teori yang muncul untuk membantah teori “model alam semesta statis” yang mengatakan bahwa alam semesta merupakan sekumpulan zat yang konstan, stabil, dan tidak berubah.
Meluasnya Alam Semesta
Di tahun 1929, di Observatorium California Mount Wilson, Astronom berkebangsaan Amerika Edwin Hubble menghadirkan salah satu penemuan terbesar dalam sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia dapati bahwa cahaya dari bintang-bintang itu berubah ujung spektrumnya menjadi merah dan bahwa perubahan ini lebih memperjelas bahwa itu bintang-bintang yang menjauh dari bumi. Penemuan ini berpengaruh bagi dunia ilmu pengetahuan, karena menurut aturan ilmu fisika yang sudah diakui, spektrum cahaya berkedip-kedip yang bergerak mendekati tempat observasi tersebut cenderung mendekati warna lembayung, sedangkan spektrum cahaya berkerlap-kerlip yang menjauh dari tempat observasi itu cenderung mendekati warna merah. Artinya, bintang-bintang itu menjauh dari kita secara tetap.
Lama sebelumnya, Hubble menemukan penemuan lain yang sangat penting: Bintang dan galaksi bergerak menjauh bukan hanya dari kita, tetapi juga saling menjauh. Satu-satunya kesimpulan yang dapat ditarik dari suatu alam semesta di mana semua bintang dan galaksi menjauh dari bintang dan galaksi lain adalah bahwa alam semesta ‘bertambah luas’ secara tetap.
Untuk lebih memahaminya, alam semesta dapat dianggap sebagai permukaan balon yang meledak. Karena bagian-bagian di permukaan balon ini saling memisah sebagai akibat dari pemompaan atau penggelembungan, hal ini berlaku juga untuk obyek-obyek di ruang angkasa yang saling memisah sebagai akibat dari terus bertambah luasnya alam semesta.
Sebenarnya, teori ini telah ditemukan jauh sebelumnya. Albert Einstein, yang dianggap merupakan ilmuwan terbesar abad 20, telah menyimpulkan dalam teori fisikanya setelah melalui perhitungan yang cermat bahwa alam semesta itu dinamis dan tidak statis. Namun bagaimanapun, ia telah meletakkan penemuannya bukan untuk bertentangan dengan teori model alam semesta statis yang sudah diakui luas di zamannya. Einsten kemudian mengidentifikasi tindakannya itu sebagai kesalahan terbesar sepanjang karir keilmuwanannya. Sesudah itu, menjadi jelas melalui pengamatan Hubbles bahwa alam semesta bertambah luas.
Jadi, apa yang penting dari fakta bahwa alam semesta bertambah luas terhadap proses terjadinya alam semesta?
Alam semesta yang bertambah luas itu menunjukkan bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur dalam hal waktu, maka alam semesta terbukti berasal dari ‘titik tunggal’. Perhitungan menunjukkan bahwa titik tunggal ini yang mengandung pengertian semua zat atau materi yang ada di alam semesta mempunyai ‘volume nol’ dan ‘kerapatan yang tak terbatas’. Alam semesta terjadi karena adanya ledakan dari titik tunggal yang bervolume nol ini. Ledakan yang luar biasa dahsyatnya yang disebut “Ledakan Dahsyat” ini menandai awal dimulainya alam semesta.
Semua bukti ini mengarahkan kita ke suatu kesimpulan bahwa alam semesta berjalan dengan “kesadaran” (consciousness) tertentu. Lantas, apa sumber kesadaran ini? Tentu saja bukan makhluk-makhluk yang terdapat di dalamnya. Tidak ada satu pun yang menjaga keserasian tatanan ini. Keberadaan dan keagungan Allah mengungkap sendiri melalui bukti-bukti yang tak terhitung di alam semesta. Sebenarnya, tidak ada satu orang pun di bumi ini yang tidak akan menerima kenyataan bukti ini dalam hati sanubarinya. Sekalipun demikian, mereka masih mengingkarinya.
Prof. George Abel dari Universitas California menyatakan juga bahwa bukti mutaakhir yang tersedia menunjukkan bahwa alam semesta dimulai milyaran tahun silam dengan Ledakan Dahsyat. Ia mengakui tidak ada pilihan lain kecuali menerima teori Ledakan Dahsyat itu.
B. Menurut Al-Qur’an
Allah menurunkan Al Quran kepada manusia empat belas abad yang lalu. Beberapa fakta yang baru dapat diungkapkan dengan teknologi abad ke-21 ternyata telah dinyatakan Allah dalam Al Quran empat belas abad yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa Al Quran adalah salah satu bukti terpenting yang memungkinkan kita mengetahui keberadaan Allah sebagai Pencipta alam semesta ini.
ﺳﻧﺭ ﻳﻬﻡ ﺍﻳﺗﻧﺎ ﻓﻰ ﺍﻻﻓﺎﻕ ﻭﻓﻲ ﺍﻧﻓﺳﻬﻡ ﺣﺗﻰ ﻳﺗﺑﻳﻥ ﻟﻬﻡ ﺍﻧﻪﺍﻟﺣﻕۗ ﺍﻭﻟﻡ ﻳﻛﻑ ﺑﺭﺑﻙ
ﺍﻧﻪ ﻋﻟﻰ ﻛﻝ ﺷﻲﺀ ﺷﻬﻳﺩ ﴿ﺳﻭﺭﺓ ﻓﺻﻟﺕ:۵۳ ﴾
Artinya :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”
(QS. Fushshilaat : 53)
Banyak informasi yang ada dalam Al Quran ini sesuai dengan yang ada di dunia eksternal. Allah-lah yang telah menciptakan alam semesta dan karenanya memiliki pengetahuan mengenai semua itu. Allah juga yang telah menurunkan Al Quran. Bagi orang-orang beriman yang teliti, sungguh-sungguh, dan arif, banyak sekali informasi dan analisis dalam Al Quran yang dapat mereka lihat dan pelajari.
Ada Beberapa bukti dalam Al-Qur’an yang disampaikan Allah pada 14 abad yang lalu untuk mendukung dan membuktikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Bahwa Allah-lah yang menciptakan alam semesta ini, yakni:
Bukti Pertama :
ﻭ ﻫﻭﺍﻟﺫﻱ ﺧﻟﻕ ﺍﻟﺳﻣﻭﺕ ﻭﺍﻻﺭﺽ ﺑﺎ ﻟﺣﻕۗ ﻭﻳﻭﻡ ﻳﻗﻭﻝ ﻛﻥ ﻓﻳﻛﻭﻥ ۚ ﻗﻭﻟﻪ ﺍﻟﺣﻕۗ
Artinya :
“Dialah (Allah) Yang menciptakan langit dan bumi dengan sebenarnya; tatkala Ia berfirman, “Jadilah!” maka ia pun jadi. Firman-Nya adalah kebenaran”.
(
Bukti Kedua :
ﺍﻟﺫﻱ ﺧﻟﻕ ﺳﺑﻊ ﺳﻣﻭﺕ ﻁﺑﺎﻗﺎ ۗ ﻣﺎ ﺗﺭﻯ ﻓﻲ ﺧﻟﻕﺍﻟﺭﺣﻣﻥ ﻣﻥ ﺗﻓﻭﺕ ۗ ﻓﺎﺭﺟﻊﺍﻟﺑﺻﺭۙ ﻫﻝ ﺗﺭﻯ ﻣﻥ ﻓﻁﻭﺭ ﴿٣﴾
ﺛﻡ ﺍﺭﺟﻊ ﺍﻟﺑﺻﺭ ﻛﺭﺗﻳﻥ ﻳﻧﻗﻟﺏ ﺍﻟﻳﻙ ﺍﻟﺑﺻﺭ ﺧﺎﺳـﺎ ﻭﻫﻭ ﺣﺳﻳﺭ﴿٤﴾
Artinya :
Dia (Allah) yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis; tak akan kau lihat ketidakseimbangan dalam ciptaan (Allah) Yang Maha Pemurah. Balikkanlah pandanganmu sekali lagi, tampakkah olehmu ada yang cacat? Lalu ulanglah pandanganmu sekali lagi; pandanganmu akan berbalik kepadamu, letih dan membingungkan“. (Surat al-Mulk : 3 - 4)
Bukti Ketiga :
ﻭﺟﻌﻟﻧﺎ ﻓﻰﺍﻻﺭﺽ ﺭﻭﺍﺳﻲ ﺍﻥ ﺗﻣﻳﺩ ﺑﻬﻡۖ ﻭﺟﻌﻟﻧﺎ ﻓﻳﻬﺎ ﻓﺟﺎﺟﺎ ﺳﺑﻼ ﻟﻌﻟﻬﻡ ﻳﻬﺗﺩﻭﻥ ﴿۳۱﴾
Artinya :
Dan Kami jadikan di atas bumi ini gunung-gunung yang kokoh, supaya bumi tidak bergoyang bersama mereka, dan Kami jadikan (pula) jalan jalan yang luas di antaranya, supaya mereka mendapat petunjuk. (Surat al-Anbiyaa : 31)
Bukti Keempat :
ﻭﺍﻟﺳﻣﺎﺀ ﺑﻧﻳﻧﻬﺎ ﺑﺎﻳﺩ ﻭﺍﻧﺎﻟﻣﻭﺳﻌﻭﻥ ﴿٤٧﴾
Artinya :
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesung-guhnya
Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Adz-Dzariyaat : 47)
Bukti Kelima :
ﺧﻟﻕﺍﻟﺳﻭﺕ ﺑﻐﻳﺭﻋﻣﺩ ﺗﺭﻭﻧﻬﺎ ﻭﺍﻟﻗﻰ ﻓﻰﺍﻻﺭﺽ ﺭﻭﺍﺳﻲﺍﻥ ﺗﻣﻳﺩ ﺑﻛﻡ ﻭﺑﺙ ﻓﻳﻬﺎ ﻣﻥﻛﻝ ﺩﺍﺑﺔۗ
Artinya :
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang dapat kau lihat; Dia memancangkan di atas bumi gunung-gunung supaya tidak menggoyangkan kamu; dan Dia menebarkan di dalamnya binatang-binatang dari segala jenis. (Surat Luqman : 10)
Cukuplah bagi kita untuk meneliti dari bahan-bahan kajian yang di ungkapkan Al-Qur’an dari beberapa bukti diatas. Dan jelas bagi kita untuk meyakini bahwa Allah-lah yang menciptakan alam semesta ini dengan segala keteraturannya.
Ledakan Dahsyat (Big Bang)
ﺍﻭﻟﻡ ﻳﺭﺍﻟﺫﻳﻥ ﻛﻓﺭﻭﺁ ﺍﻥﺍﻟﺳﻣﻭﺕﻭﺍﻻﺭﺽ ﻛﺎﻧﺗﺎ ﺭﺗﻗﺎ ﻓﻓﺗﻗﻧﻬﻣﺎ ۗ ﻭﺟﻌﻟﻧﺎ ﻣﻥﺍﻟﻣﺎﺀ
ﻛﻝ ﺳﻲﺀ ﺣﻲۗ ﺍﻓﻼ ﻳﻭﻣﻧﻭﻥ ﴿٣٠﴾
Artinya :
Tidakkah orang-orang kafir mengerti bahwa langit dan bumi semula berpadu (sebagai satu kesatuan dalam penciptaan), lalu keduanya Kami pisahkan? Dari air Kami jadikan segalanya hidup. Tidakkah mereka mau beriman juga? (Surat al-Anbiyaa : 30)
Seperti yang dinyatakan dalam ayat tersebut, apa saja, bahkan di ‘langit dan bumi’ yang belum tercipta sekalipun, diciptakan dengan suatu Ledakan Dahsyat dari suatu titik tunggal, dan membentuk alam semesta yang sekarang ini dengan saling terpisah.
“Jika kita bandingkan pernyataan ayat itu dengan teori Ledakan Dahsyat, maka kita mengetahui bahwa ayat itu sepenuhnya cocok dengan teori tersebut. Namun, baru pada abad ke-20, Ledakan Dahsyat dikemukakan sebagai teori ilmiah”.
Proses penciptaan alam semesta, yang disebutkan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dengan Teori Ledakan Dahsyat tersebut, telah Allah firmankan dalam Al-Qur’an 14 abad yang lalu. Dimana ketika itu manusia masih memiliki pengetahuan yang amat terbatas tentang alam semesta:
Satu ungkapan yang bisa bergetar dalam bibir ini, yakni : “ALLAHU AKBAR”
obat tradisional jelly gamat
BalasHapusobat pengering luka jahitan
obat pengering luka
obat nyeri lutut
obat hepatitis pada anak
obat benjolan di ketiak
obat penyakit jantung koroner
obat benjolan di gusi